\n
${a.subtitle[structural.lang]}
\n\n dr. Lie Augustinus Dharmawan dengan nama kecil Lie Tek Bie lahir pada 16 April 1946 di Padang saat terjadinya kerusuhan antara Tentara Rakyat Indonesia dengan Belanda. Ia lahir sebagai anak keempat dari delapan bersaudara.\n
\n\n Sepeninggal ayahnya, kehidupan keluarga dr. Lie menjalani masa-masa sulit. Kesulitan ekonomi, pengalaman meninggalnya sang adik, dan dukungan moril sang ibu mendorong dr. Lie bertekad menjadi seorang dokter sedari kecil. Meskipun mendapat penghinaan karena kondisi ekonominya, dr. Lie tidak pernah menyerah mengejar cita-citanya menjadi seorang dokter, bahkan ia pun bermimpi menjadi dokter yang mengenyam pendidikan di Jerman.\n
\n\n Mendapat penolakan kuliah di berbagai tempat di Indonesia, dianggap tidak berbakat menjadi dokter, mendapati kenyataan bahwa satu-satunya kampus yang menerimanya dibakar hanya beberapa hari setelah ia berkuliah, tak pernah sedikit pun menyurutkan niatnya menjadi dokter. Setelah bekerja serabutan, dr. Lie akhirnya berhasil mengumpulkan uang untuk membeli tiket ke Jerman.\n
\n\n dr. Lie mulai belajar bahasa pada musim semi Oktober 1967 di Studien Kolleg Fakultas Filosofi dan tahun 1974 berhasil menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan gelar Medical Doctor (M.D). Tahun 1978, dr. Lie sukses menyandang gelar Ph.D (Dr. med.) dari Freie Universität (Free University) Berlin.\n
\n\n Memiliki kepastian hidup di Jerman tak membuat dr. Lie melupakan mimpi awalnya menjadi seorang dokter yaitu menolong banyak orang. Tanpa ragu, ia membawa pulang anak dan istrinya ke Indonesia.\n
\n\n Pada 2009 dr. Lie mendirikan Yayasan Dokter Peduli atau doctorSHARE. Visi doctorSHARE adalah menyelamatkan nyawa dan meringankan penderitaan orang yang terjebak dalam krisis, sehingga bisa memulihkan kemampuan untuk membangun kembali kehidupan bermasyarakat. Dalam organisasi ini dr. Lie menularkan semangatnya untuk anak-anak muda yang tidak terbatas hanya pada kalangan dokter namun juga berbagai profesi lainnya.\n
\n ":"\n Dr. Lie Augustinus Dharmawan, whose childhood name was Lie Tek Bie, was born on April 16, 1946, in Padang during the riots between the Indonesian People's Army and the Dutch. He was the fourth of eight siblings.\n
\n\n After his father passed away, Dr. Lie's family went through difficult times. Economic hardships, the loss of his younger sibling, and the moral support from his mother motivated Dr. Lie to pursue his dream of becoming a doctor from a young age. Despite facing insults due to his family's financial situation, Dr. Lie never gave up on his goal of becoming a doctor. He even dreamed of studying medicine in Germany.\n
\n\n Being rejected from various universities in Indonesia, deemed untalented for a medical career, and facing the reality that the only university that accepted him was burned down just days after he enrolled never discouraged his determination to become a doctor. After working various odd jobs, Dr. Lie eventually managed to save enough money to buy a ticket to Germany.\n
\n\n Dr. Lie began learning the language in the spring of October 1967 at Studien Kolleg, Faculty of Philosophy, and in 1974 he successfully completed his studies and earned the title of Medical Doctor (M.D.). In 1978, Dr. Lie earned his Ph.D. (Dr. med.) from Freie Universität (Free University) Berlin.\n
\n\n Having secured a stable life in Germany did not make Dr. Lie forget his original dream of becoming a doctor to help many people. Without hesitation, he brought his wife and child back to Indonesia.\n
\n\n In 2009, Dr. Lie founded the Dokter Peduli Foundation, also known as doctorSHARE. doctorSHARE's vision is to save lives and alleviate the suffering of people trapped in crisis, helping them restore their ability to rebuild their lives and communities. Through this organization, Dr. Lie has inspired young people not only in the medical field but also in various other professions.\n
\n "}component("#pendiri",UIPendiri,{signals:["pendiri"]});let openPrincipalContent=signal({data:[]},"principals-content");function UiPrincipals(){if(openPrincipalContent.data.length>0){const a=openPrincipalContent.data[0];return`